Hiburan Anak Naik Kereta Mini PERILAKU kereta api yang unik menjadi sebuah daya tarik bagi penggemarnya. Mereka tak hanya menyukai perjalanan di atas rel, juga mengoleksi miniaturnya. Berbeda dengan mainan biasa, kalangan penyuka miniatur kereta api sangat memperhatikan masalah detail, bentuk, dan kualitas bahan.
Kereta-kereta mini itu harus semirip mungkin dengan aslinya. Dengung cerobong asap dari gerbong utama atau lokomotif, bunyi mesin yang memutar roda di atas rel, hingga decit rem saat berhenti memberi kenikmatan tiada dua. Tak heran bila mereka rela merogoh kocek puluhan, bahkan ratusan juta rupiah "hanya" untuk membeli skala kecil dari alat transportasi massal tersebut.
"Hobi ini komplet. Selain bendanya memang layak koleksi, ada kenikmatan tersendiri saat melihat kereta api mini itu menyusuri rel," tutur Hari Sungkari (46), Chairman PT Mitra Mandiri Informatika. Hari mengaku sudah jatuh cinta dengan bentuk kereta model sejak kecil. Namun, dia baru serius menekuni hobi ini sejak 10 tahun terakhir. Total, lebih dari 40 lokomotif berskala HO (1: 87) dari berbagai merek dipajang di rumahnya. Ada Marklin, Bachmann, Kato, Trix, BLI, hingga Overland Model.
Untuk melengkapi koleksinya, ada sekira 100 gerbong barang dan 20 gerbong penumpang. Umumnya, kereta api mini tersebut dijual secara terpisah. Para kolektor lebih dulu berburu lokomotifnya. Sementara gerbong tinggal menyesuaikan dengan selera masing-masing. Harga lokomotif sendiri bervariasi. Rata-rata berharga ratusan ribu. Ada pula merek tertentu yang bisa mencapai belasan juta. Salah satu koleksi terbaik Hari adalah lokomotif Big Boys keluaran Marklin seharga Rp12 juta.
Menjadi mahal karena bentuknya mendetail dan mirip dengan aslinya. Model tersebut juga termasuk produk one time series, diproduksi hanya sekali. "Big Boys adalah lokomotif terbesar yang pernah ada. Kereta ini punya gerbong terpanjang di antara kereta lainnya," sebut Hari. Dia juga punya model Big Boys buatan Trix yang juga limited, serta kereta api mini Liberty. Diberi nama Liberty karena dibuat khusus untuk memperingati 100 tahun ulang tahun Amerika. Kendati demikian, Hari merasa belum puas bila hanya memajang koleksinya itu. Kenikmatan hobi ini jauh lebih terasa saat melihat kereta api miliknya berjalan.
"Kita bisa menikmati detail sekaligus ?perilakunya'. Dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan, hingga suasananya. Menyenangkan sekali," tutur bapak dua anak ini. Itu sebabnya, Hari membangun diorama raksasa berukuran 9 x 1,20 meter dengan tiga tema sekaligus, rural (pedesaan), urban (kota), dan pertambangan. Mulai dibangun sejak 2006, total biayanya diprediksi mencapai Rp100 juta "Virus" moda transportasi kereta api juga menjalar ke otak Heru Wiryanto, 40. Bermula ketika pria yang berprofesi sebagai konsultan sumber daya manusia itu sering diajak orangtuanya naik kereta uap.
Rute Bandung-Maos (Jawa Tengah) seolah jadi menu wajib perjalanan darat keluarganya pada tahun 1970-an. Heru semasa kanak-kanak mulai jatuh cinta dengan kereta api. Dalam benaknya saat itu, kereta api sangat unik. "Kepala" menarik "ekor" sembari menyemburkan uap berlimpah. "Setiap ada kesempatan naik kereta, saat itu hati saya sangat senang. Sampai-sampai tak bisa tidur," kenangnya.
Meski sudah beranjak dewasa dan tidak lagi sering menikmati perjalanan dengan kereta api, kecintaan Heru tidak berubah. Dia baru benar-benar "gila" dengan kereta api pada 1997. Ketika melirik mainan kereta api, kenangan masa lalu semakin kuat, membuatnya kereta api yang unik menjadi sebuah daya tarik bagi penggemarnya. Mereka tak hanya menyukai perjalanan di atas rel, juga mengoleksi miniaturnya. Tidak tahan untuk tak memilikinya. Inilah titik awal Heru menggeluti "profesi" sampingan sebagai kolektor miniatur kereta api. Saat itu, miniatur kereta api masih konvensional.
Kebanyakan memakai baterai. Tanpa suara, tanpa uap. "Tapi saya hanya mau menyimpan barang-barang limited dan tak biasa," bebernya. Heru hanya mau mengoleksi keretakereta besar, kebanyakan buatan Amerika, atau istilah kerennya heavy train. Dia memiliki lokomotif dengan konfigurasi roda 4-8-8-2. Boiler (boks uap) lokomotif ini bisa diduduki manusia, seukuran bule sekalipun! Satu lagi, Heru tak suka mengoleksi miniatur kereta api yang terbuat dari plastik. Dia hanya mau menyimpan yang besi-besi. Alasannya, miniatur kereta api besi tak perlu lagi pakai pemberat untuk sekadar menstabilkan laju.
"Kebanyakan precission craft model buatan Amrik. Harganya memang agak mahal, sekira Rp5 juta-Rp6 juta," kata pria yang juga tergabung dalam perkumpulan reservasi kereta api Ambarawa itu. "Miniatur kereta api besi (brass), detailnya sangat mengagumkan, termasuk bagian dalam dan lampu," imbuhnya. Sebagian koleksinya yang unik dan langka itu mengundang perhatian kolektor lain. Heru mengaku banyak penggemar yang "merengek-rengek" agar salah satu koleksi langka miliknya dijual saja. Beberapa yang paling banyak dilirik penggemar lain adalah lokomotif steam model 1940-an. Kereta ini dibeli Rp3 juta, tetapi sudah dimodifikasi dengan biaya sekira Rp5 juta.
"Enggak deh,kereta ini enggak bakal dijual," celetuknya. Ada lagi Jeni Adler 1835. Jenis ini adalah miniatur kereta api pertama di Eropa. Cukup? Belum. Heru masih punya lokomotif jenis Spanish Brotli. Kereta Spanyol ini terbuat dari kayu dengan bentuk yang aneh. Dua yang terakhir ini juga tidak dilego, cukup untuk koleksi pribadi. Saat ini Heru sedang menunggu pesanan khususnya datang. Beberapa bulan lalu, dia inden dari internet untuk lokomotif berkonfigurasi roda 8-8-8-8 produksi MTH. Barang ini hanya diproduksi 250 unit di dunia, dan Heru termasuk salah satu yang akan mengoleksinya. "Banyak teman saya yang tahu, dan menawar dengan harga tiga kali lipat dari harga beli saya. He-he-he, enggak akan saya lepas. Semakin ditawar, saya semakin bangga. Saya dapat koleksi ini karena saya member MTH," katanya mantap.
Hingga kini, Heru memiliki koleksi 20 lokomotif uap langka. Ditambah sebuah lokomotif jenis diesel sebagai emergency loko. Kereta yang satu ini hanya dipakai untuk mendorong kereta uap yang terkadang ngadat di terowongan. Koleksi ini masih ditambah dengan rangkaian gerbong berbagai model. Anehnya, Heru tak suka diorama. Dia cukup punya diorama simpel, tanpa banyak aksesori. Hanya menjalankan kereta, Heru sudah sangat senang. "Kalau masih memikirkan diorama, buat saya terlalu ribet. Apalagi disuruh menabur pasir di rel. Saya sih beli rel yang sudah ada pasirnya saja," ucapnya.
Kalau ditotal harganya, semua aset yang Heru punya sudah mencapai sekira Rp150 juta! Cukup buat beli sebuah mobil baru. Tak sia-sia rasanya berburu dan inden di internet berbulan-bulan. Harga beli jauh lebih mahal dengan harga jual. Buat Heru, ini adalah investasi yang tak ternilai. Begitu pula Sugianto Budiono (46), mengaku tergila-gila dengan kereta api buatan Marklin. Menurut pria yang berprofesi sebagai pialang saham ini, hasil produksi Marklin memiliki detail yang sangat mirip aslinya Hiburan Anak Naik Kereta Mini